Jumat, 03 Maret 2017

proposal mj



 BAB I
PENDAHULUAN
   
A.         Latar Belakang
Menurut  UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Namun aplikasinya dalam khidupan nyata bahwa pendidikan yang ada di indonesia sangat jau dibawah harapan yang diinginkan. Pendidikan di indonesia apabila dilihat dari segi mutu pndidikanya bahwa pendidikan di indonesia masih belum merata.
Berbicara mengenai pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu kualitas proses dan produk. Suatu pendidikan dikatakan berkualitas proses apabila Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat berlangsung secara efektif dan siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan disebut berkualitas produk apabila siswa menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan. Hal ini dilihat pada hasil belajar yang dinyatakan dalam proses akademik kemampuan siswa dalam belajar banyak berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, artinya keaktifan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar sangat menentukan keberhasilan. Oleh karena itu, dalam menyajikan materi pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan model yang tepat sehingga dapat memudahkan siswa dalam belajar.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun manusia agar menjadi pribadi yang utuh, dan terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan dari masa ke masa. Mengingat pentinya pendidikan bagi kehidupan,maka pemerintah menganjurkan agar setiap warga negara harus mengenyam pendidikan. Agar pendidikan dapat berjalan dengan baik diperluhkan faktor pendukung didalam pelaksanaan kegiatan pendidikan yang dimaksud misalnya menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan pembelajaran, memilih strategi yang cocok, serta menyiapkan tenaga yang profesional dan bidangnya sehingga hasil dari proses pembelajaran lebih efektif.
Berpijak dari hal yang telah dijabarkan diatas, guru merupakan kunci dari sebuah kemajuan didalam bidang pendidikan. Guru harus dapat meningkatkan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang optimal. Guru sebagai perancang pembelajaran diharapkan mampu merancang kegiatan secara efektif dengan suasana yag kondusif  bagi siswa. Sebagai   pelaksanaan pendidikan, guru hendaknya memberikan pelayanan yang tulus kepada siswa, guru harus menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan agar siswa merasa dekat dengan gurunya.
Dari berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia antara lain efektifitas pendidikan, efisiensi pengajaran, standardisasi pendidikan, rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, renda nya hasil belajar siswa, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan turut mempengaruhi kualitas pendidikan. Khusus mengenai hasil belajar siswa, hal ini menjadi permasalahan yang pelik karena hasil belajar sangat erat berhubungan dengan kualitas pendidikan. Ketika hasil siswa jelek otomatis kualitas pendidikan juga jelek.
Salah satu mata pelajaran yang penting dilaksanakan di SLTP adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Trianto (2011:135) IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris “sciencie” yang pada awal mulanya adalah dari bahasa latin yaitu “scientia” yang berati saya tahu. “sciencie” terdiri dari sosial sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural sciencie (Ilmu Pengetahuan Alam). Namun, perkembangan “sciencie” sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi untuk itu dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA untuk merujuk pada pengertian sains yang kapra yang berarti natural sciencie.
Masalah utama dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi Gerak lurus yang dialami oleh SMP Negeri Satap Ndangi ialah para guru belum memahami dan mengetahui penggunaan model pembelajaran yang tepat, sehingga nilainya belum mencapai kriteria ketuntasan maksimal (KKM) oleh karena itu, peneliti menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dan teknik-teknik yang tepat, sehingga dapat berpengaruh pada pemahaman siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan maksimal yang sudah ditentukan, sehingga siswa mampu mengimplementasikan hakikat nilai dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi  pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata mendororng siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan mereka (Depdiknas, 2002). Dalam pembelajaran ini siswa didorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menekankanpada tingkat berpikir yang tinggi, yaitu berpikir divergen (kreatif).
Pembelajaran IPA dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya, perolehan informasi dan merespon permasalahan yang dberikan. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompotensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Hamruni, 2011:151). Sedangkan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran konvensional cendrung mengarahkan siswa untuk memberi respon yang tunggal terhadap permasalahan yang diberikan.
Menurut Rusman (2012:123) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam  keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Setelah pembelajaran yang dilakukan di soklah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA sudah memperoleh hasil sesuai dengan KKM yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencoba menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPA dengan melaksanakan penelitian berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Pada Siswa Kelas VII SMPN Satap Ndangi Tahun Pelajaran 2016/2017


B.          Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas beberapa masalah dapat diidentifikasi antara lain:
1.         Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru.
2.         Kurang mengembangkan proses belajar mengajar ipa  pasa materi gerak lurus serta kinerja guru secara signifikan
3.         Hasil belajar siswa yang belum optimal dimungkinkan berhubungan dengan adanya pendekatan pembelajaran yang digunakan saat ini
C.         Batasan masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.         Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama Pembelajaran efektif  yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), Refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
2.         Hasil belajar yang dicapai siswa ditinjau dari aspek kognitif Penelitian ini diterapkan pada konsep gerak lurus.


D.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Gerak lurus pada siswa Kelas VII SMP Negeri Satap Ndangi?
E.          Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahuluh yang akan di cari solusinya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan  model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meninkatkan hasil belajar IPA fisika pada siswa Kelas VII SMP Negeri Satap Ndangi.
F.           Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran IPA di SMP, khususnya mengenai penerapan pendekatan  Contextual Teaching And Learning dalam pembelajaran IPA materi Gerak lurus dan dapat menberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi Gerak lurus pada siswa Kelas VII SMP Negeri Satap Ndangi.


2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Siswa
Penelitian ini dapat membuat siswa lebih berperan aktif dan terampil dalam belajar dan mampu mengkonstruksi pemahaman IPA serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA.
b.    Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan alternatif untuk memilih atau menyiapkan strategi pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan serta untuk menumbuhkembangkan potensi belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA.











BAB II
KAJIAN TEORI

A.         Kajian Teori
1.               Hakikat Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
a.         Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Hamruni (2011:151) pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompotensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompotensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
Menurut Sardiman (2011:222) pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),  merupahkan konsep pembelajaran yang membanatu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi duna nyata siswa, yang dapat memndorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapanya dalam kehidupan para siswa sebqagai anggota keluarga dan masyarakat.
Menurut Yamin (2011:195) pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu pembelajaran yang membantu  guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi  dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan konsep seperti ini maka proses pembelajaran akan berlangsung secara bermakna.
b.        Langkah-langkah Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain atau skenario pembelajarannya sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagia alat kontrol dalam pelaksanaanya. Menurut Rusman (2012:192), langkah-langkah model pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
1)        Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.
2)        Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang diajarkan.
3)        Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4)        Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi dan tanya jawab.
5)        Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6)        Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7)        Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. 
c.         Prinsip-prinsip Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Ada tujuh prinsip CTL yang dikembangkan menurut Rusman (2011:193-197).
1)        Konstruktivisme (Constructivism)
 Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui ikonteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Dalam proses pembelajaran, peserta didik  membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam PBM. Peserta didik  menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Penerapan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari yaitu dalam merancang pembelajaran dalam bentuk peserta didik  bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide.
2)        Menemukan (Inquiry)
Merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik  diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah kegiatan ini adalah sebagai berikut. (1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun), (2) Mengamati dan melakukan observasi, (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lain, (4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audiens  yang lain.


3)        Bertanya (Questioning)
 Merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Karena bagi peserta didik, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4)        Masyarakat Belajar (Learning Community)
 Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Peserta didik  dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen dengan bentuk yang sangat bervariasi, baik keanggotaan, jumlah bahkan bisa melibatkan peserta didik  di kelas atasnya. Disini semua bisa berperan tanpa ada yang dominan dan saling melengkapi.
5)        Pemodelan (Modelling)
 Dalam sebuah pembelajaran ada model yang bisa ditiru. Model ini bisa peserta didik  yang berhasil, guru lain atau ahli lain yang sesuai bidang studi / mata pelajaran.  Contoh : ahli ukir, reporter dan lain-lain.
6)        Refleksi (Reflection)
 Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Peserta didik  memperluas pengetahuan yang dimiliki melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit, sementara guru atau orang dewasa membantu peserta didik  membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar peserta didik  melaksanakan refleksi. Realisasinya berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal di buku peserta didik , kesan dan pesan / saran peserta didik  mengenai pembelajaran hari itu, hasil karya atau diskusi.
7)        Penilaian yang sebenarnya (Assessment)
 Yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik . Hal tersebut perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik  mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) di kegiatan pembelajaran.
Jadi kemajuan belajar peserta didik  tidak hanya dari hasil tetapi melalui proses. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai hasil peserta didik  adalah : PR, kuis, karya peserta didik, presentasi, laporan jurnal, karya tulis atau proyek kegiatan dan laporannya.
d.        Kelebihan dan Kekurangan Model Contextual Teaching and Learning(CTL)
1)       Kelebihan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Yusrin, 2012 kelebihan model CTL adalah sebagai berikut. (1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. (2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
2)      Kekurangan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Yusrin, 2012 kekurangan model CTL dalam adalah sebagai berikut. (1) Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode CTL Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. (2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai kelebihan dan kekuranganya yaitu kelebihanya adalah pembelajaran menjadi lebih produktif dimana siswa dapat menumbuhkan konsep serta menemukan pengetahuan sendiri, sedangkan kekuranganya guru bukan lagi berperan sebagai pusat informasi serta guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan ide-idenya sendiri.
2.               Hasil Belajar
a.        Pengertian Belajar
Menurut Rusman (2012:85) belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lebih jauh lagi Rusman mengatakan belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiolog   is.
Hamalik (2011:36) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sehingga belajar dapat dikatakan suatu proses buka suatu hasil atau tujuan
Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara  keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Winkel (dalam Slameto, 2004:59) belajar merupakan aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interakasi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman keterampilan, dan nilai sikap.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan lingkungannya.
b.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Menurut Slameto (2010:26) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1)      Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
Yang termasuk dalam faktor intern antara lain: kematangan, kecerdasan/intelegensi, latihan dan ulangan, motivasi, sifat-sifat pribadi seseorang
2)      Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa atau yang sering dikenal dengan faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor ekstern, antara lain: keadaan keluarga, guru dan cara mengajar, alat-alat pelajaran, motivaasi sosial, lingkungan dan kesempatan.
3)      Faktor Situsional
Faktor-faktor situsional ini meliputi: a) keadaan politik ekonomis, b) keadaan waktu yang mencakup jumlah hari dan jumlah jam setiap hari yang tersedia bagi kegiatan belajar mengajar, c) keadaan musim iklim kerap menciptakan kondisi psikis dan kondisi fisik pada sisa dan guru yang kurang menguntungkan.
c.        Pengertian Hasil Belajar
Menurut Rusman (2012:123) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam  keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.
Menurut Sudjana (2010), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Menurut Mursell dkk (2008:27) belajar yang efektif hasilnya merupakan  pemahaman, pengertian, pengetahuan atau wawasan. Jadi petunjuk praktis bagi guru ialah selalulah usahakan membantu mu.rid mencapai pemahaman yang sebaik-baiknya. Aturlah pelajaran sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengertian. Sejarah, ilmu pasti bahkan pendidikan jasmani dapat diajarkan sehingga murid memeahami seluk-beluknya. Itu akan tercapai bila anak-anak harus menggunakan inteligensinya untuk berpikir secara kritis.
Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang di amati dan di ukur  dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan setelah ia mengikuti proses belajar mengajar.
d.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Mudani (dalam Rusman 2012:124) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi:
1)      Faktor internal
a)      Faktor fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.
b)      Faktor psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.



2)      Faktor eksternal
a)      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, dan kelembaban.
b)      Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.
e.        Klasifikasi Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Rusman 2012:125) tujuan pembelajaran dapat diklsifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) domain kognitif, yaitu berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berpikir, (2) domain afektif,  yaitu berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional (perasaan, sikap, dan nilai), (3) domain psikomotor, yaitu berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau Gerak lurusan-Gerak lurusan fisik. Lebih lanjut Bloom menjelaskan bahwa domain kognitif terdiri atas enam kategori yaitu sebagai berikut.
1)      Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
2)      Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yaitu menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi.
3)      Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit.
4)      Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentukannya. Kemampuan analisis dikelompokan menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.
5)      Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme.
6)      Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dimana individu memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamanya sendiri
3.               Gerak lurus
a.             Pengertian gerak
Gerak dapat dikatakan sebagai perubahan kedudukan suatu benda dalam selang waktu tertentu. Sesuatu yang dianggap diam dan digunakan sebagai pembanding itulah yang disebut titik acuan. Berdasarkan sifatnya gerak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu gerak nyata dan gerak semu
b.             Besaran Besaran Dalam Gerak
1)      Jarak dan Perpindahan
Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh benda tanpa memerhatikan arah, sedangkan Perpindahan adalah panjang lintasan yang ditempuh benda dengan memerhatikan arah.


2)      Kelajuan dan kecepatan
Kelajuan adalah perubahan jarak terhadap posisi awalnya dalam suatu selang waktu tertentu tanpa memerhatikan arahnya.
Kecepatan adalah kelajuan dengan memerhatikan arahnya.
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
v = s/t
ket:    v = kecepatan (m/s)
          s = jarak (m)
          t = waktu (t)
Untuk kelajuan yang selalu berubah ubah dapat diartikan sebagai kelajuan rata rata yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sedangkan untuk rumus kecepatan rata-rata adalah:
3)      Percepatan
Percepatan adalah pertambahan kecepatan suatu benda setiap satuan waktu.
Percepatan dapat dinyatakan dalam rumus:
Ket:   a = percepata (m/s2), v = kecepatan (m/s), t = waktu (t)


c.              Macam-Macam Gerak Lurus
1)      Gerak Lurus Beraturan
Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda pada lintasan yang lurus dimana pada setiap selang waktu yang sama, benda tersebut menempuh jarak yang sama. Sehingga dirumuskan:
ket:    s = jarak (m)
v = kecepatan (m/s)
          t = waktu (t)
2)      Gerak Lurus Berubah Beraturan
gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki kecepatan setiap saat berubah dengan teratur.
Rumus GLBB ada 3, yaitu:
2 = vo2 +
Ket:   Vt = kecepatan akhir atau kecepatan setelah t sekon (m/s)
          V0 = kecepatan awal (m/s)
          a = percepatan (m/s2)
          t = selang waktu (s)
          s = jarak tempuh (m)
berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gerak lurus adalah gerak yang lintasanya lurus. Gerak lurus juga dibagi dalam dua jenis yaitu gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan
B.         Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan wawan darmawan pada tahun 2013 yang berjudul penerapan ctl untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa SMP kelas VII pada konsep pencemaran lingkungan menyimpulkan bahwa, melalui penerapan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) hasil belajar Peserta Didik di Kelas VII Semester 2 Al Khairiyah Tajur Citeureup pada mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan.
Penelitian yang dilakukan Andy pada tahun 2012 yang berjudul  meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan Contextual teaching and learning pada materi Gerak lurus di smp hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ketapang dalam pelajaran IPA dapat ditingkatkan.
Penelitian yang dilakukan oleh elisabeth ndoe pada tahun 2015 yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Koeloda dapat ditingkatkan.
Dari ketiga peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


C.         Kerangka Berpikir
GURU
MATERI PEMBELAJARAN
MODEL PEMBELAJARAN CTL

PESERTA DIDIK

HASIL BELAJAR

 









Gambar 1. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang berawal dari guru, yang berupaya menerapkan apa yang dimiliki kepada peserta didik. Guru harus mampu memilih materi dan metode yang tepat untuk diterapkan kepada peserta didik sehingga dapat mencapai hasil belajar sesuai KKM yang ditentukan.
D.         Perumusan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan: terdapat peningkatan hasil belajar IPA materi gerak lurus melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa Kelas VII SMP Negeri Satap Ndangi tahun pelajaran 2016/2017.

BAB III
                                            METODE PENELITIAN                 

A.      Jenis atau Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memilih sampel sebagai subyek penelitian. Pendekatakan kuantitatif adalah suatu pendekatan guna mengumpulkan, mengolah, menyajikan, menganalisa dan menginterprestasikan data yang berupa angka-angka.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shot one case study.
Kelas Eksperimen
Perlakuan
Hasil
K E
X
A
Keterangan:
K E   : Kelas Eksprimen
X         : Perlakuan
A       : Hasil

B.        Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN Satap Ndangi tahun pelajaran 2016/2017
2.      Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah proposal ini diseminarkan
C.       Populasi dan Sampel Penelitian
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester 2 SMPN Satap Ndangi tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 orang


2.      Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester 2 SMPN Satap Ndangi tahun pelajaran 2016/2017 Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
D.      Variabel Penelitian
1.      Variabel X (Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL))
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu pembelajaran yang membantu  guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi  dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan konsep seperti ini maka proses pembelajaran akan berlangsung secara bermakna.
2.      Variabel Y (Hasil Belajar).
hasil belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang di amati dan di ukur  dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan setelah ia mengikuti proses belajar mengajar.
E.       Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian 
1.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik tes yaitu dalam bentuk soal obyektif. Tes diberikan pada masing-masing kelas sampel sebanyak dua kali yaitu tes pertama yaitu tes sebelum diberikan perlakuan (pre test) dan tes kedua yaiu tes setelah diberikan perlakuan (post test).
2.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah uji test prestasi belajar fisika untuk pokok bahasan gerak, instrument ini berupa test objektif dengan empat alternatif pillihan jawaban (A, B, C, dan D) dengan jumlah soal 20 nomor.
F.       Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Adapun analisis yang dilakukan terhadap soal uji coba adalah sebagai berikut:
1.    Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk mengetahui validitas butir soal peneliti menggunakan software anatesV4.
Instrumen ini dikatakan valid apabila koefisien validitas yang dihitung menggunakan software anatesV4> .  diperoleh dengan nilai koefisien korelasi “r” product moment dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dan taraf nyata (α) = 0,05.
2.  Reliabilitas
Reliabilitas instrumen artinya instrumen yang dapat dipercaya ialah instrumen yang dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk menguji reliabilitas instrumen prestasi belajar siswa, peneliti menggunakan sofware anatesV4.
Dalam pengujian ini instrumen dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas yang dihitung menggunakan software anatesV4> .  diperoleh dengan nilai koefisien korelasi “r” product moment dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dan dengan taraf nyata (α) = 0,05.
1.      Taraf kesukaran soal (TK)
Taraf kesukaran soal adalah suatu pernyataan untuk menyatakan tiap butir soal mudah atau sukar. Dalam evaluasi belajar taraf kesukaran soal atau difficulty index biasanya dilambangkan dengan huruf ‘P’. Untuk menghitung taraf kesukaran soal, peneliti menggunakan software anatestV4.
Kriteria taraf kesukaran soal:
P = 0% - 10%              = Sangat sukar
P = 10% - 30%            = Sukar
P = 30%- 70%             = Sedang
P = 70%- 90%             = Mudah
P = 90% - 100%          = Sangat mudah
2.    Daya pembeda soal (DP)
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal tes untuk dapat membedakan (mendeskripsikan) antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah. Daya pembeda dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi soal.
Untuk mengetahui daya pembeda soal peneliti menggunakan sofware anatesV4.
Kriteria daya pembeda soal :
DP = 0% - 10%           = Sangat kurang
DP = 10% - 30%         = Kurang
DP = 30%- 70%          = Cukup
DP = 70%- 90%          = Baik
DP = 90% - 100%       = Baik sekali
G.      Teknik Analisis data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengola data yang diperoleh selama penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini taiti menggunakan uji persamaan statistik (Furchan, 2004 : 224) sebagai berikut
Keterangan :
 t          = Penguji statistik yang dimaksud
x          = Nilai rata – rata sampel
µ0        = Standar deviasi
n          = Jumlah sampel

1.      Uji  Prasiarat  Analisis ( Uji  Normalitas )
Untuk mengetahui apakah data yang terkumpul terdistribusi normal atau tidak adalah uji normalitas. Adapun persamaan yang digunakan, (Sugiyono, 2010 : 107):

Keterangan :
X2 = Nilai Chi kuadrat
fo  =  Frekuensi yang diharapkan
fh   =  Frekuensi pengamatan
Dengan kriteria pengujian: data dikatakan normal jika: x2hitung< x2tabel, pada taraf signifikan (α  = 0,05 ) dan derajat kebebasan (dk = k- 3 ).
2.      Uji  Hipotesis
     Langkah – iangkah pengujian hipotesis ( Ridwan, 2004 : 207 ) adalah :
a.    Membuat Ha dan Ho dalam uraian kalimat
Ho : tidak terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah siswa dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalak dimana nilai yang diperoleh kurang dari KKM.
Ha : terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah siswa dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dimana nilai yang diperoleh lebih dari KKM.
b.    Membuat Ha dan Ho dalam model statistik
             Ho : µ < 75
             Ha : µ ≥ 75
c.    Menentukan nilai taraf signifikan  ( α = 0,05 )
d.   Memilih statistik uji ( uji statistik atau sampel ) untuk pengujian hipotesis :
e.    Menghitung nilai statistik uji berdasarkan data observasi
f.     Menentukan nilai kritik dan daerah kritik berdasarkan taraf signifikan yang telah ditetapkan .
g.    Menentukan kriteria penguji
h.    thitung> t tabel maka Ha diterima atau Ho ditolak
i.      thitung ≤ t tabelmaka Ha ditolak atau Ho diterima
j.      Kesimpulan .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar